RINGKASAN
Praktikum
Kimia Dasar dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 15.00 – 17.00 WIB
dengan materi Analisa Kuantitatif dan Karbohidrat serta hari Sabtu tanggal 22 November 2012 pukul 07.00 – 09.00 WIB dengan materi Protein dan Lemak di Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro Semarang.
Praktikum
Kimia Dasar dengan materi Analisa Kuantitatif (Standarisasi NaOH dengan Larutan
Asam Oksalat Standar dan Penetapan Kadar Asam Cuka), alat yang digunakan adalah
buret, statif, klem, erlenmeyer 100 ml, labu ukur 250 ml, labu ukur 100 ml,
pipet volume 10 ml, dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah asam
oksalat (H2C2O4), NaOH 0,1 N, fenolftalein 1%,
dan asam cuka. Praktikum materi Karbohidrat, alat yang digunakan adalah pipet
tetes, tabung reaksi, rak tabung, penangas air, kaki tiga, bunsen, penjepit,
gelas beker 250 ml. Sedangkan bahan yang digunakan adalah glukosa, laktosa,
sukrosa, madu, sirup, larutan iodin, fehling A dan B, asam pikrat, HNO3
pekat, dan pereaksi benedict. Praktikum materi Protein, alat yang digunakan
adalah tabung reaksi, pipet tetes, dan rak tabung. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu susu, putih telur, FeCl3, CuSO4, dan HgCl2.
Praktikum materi Lemak, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet tetes,
dan rak tabung. Sedangkan bahan yang digunakan adalah margarin, mentega, minyak
kelapa, lemak gajih, air, Na2CO3, alkohol, kloroform, dan
air sabun.
Berdasarkan hasil percobaan Analisa Kuantitatif dapat disimpulkan bahwa asidi dan alkalimetri termasuk reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Pada hasil percobaan Karbohidrat uji kelarutan golongan monosakarida mudah larut dalam air. Sifat kimia dapat diuji dengan Uji Fehling dan akan terbentuk endapan merah bata. Karbohidrat sebagai pereduksi diuji dengan Benedict yang ditunjukan dengan endapan merah bata.Uji asam pikrat terbentuk warna merah bata menunjukan reaksi positif. Pada hasil percobaan Protein, bahwa lemak dan protein mempunyai sifat yang tidak sama. Lemak mempunyai sifat yaitu bau dan kekentalan pada lemak dipengaruhi oleh ikatan rangkap dan reaksi hidrolisis. Pada protein dapat diketahui sifat-sifatnya dari uji yang telah dilakukan yaitu uji biuret akan menghasilkan warna ungubahwa zat atau larutan yang digunakan mempunyai ikatan peptida yang banyak. Uji presipitasi dengan logam berat merupakan bukti bahwa asam amino dari protein merupakan amino yang dapat bereaksi dengan logam berat membentuk garam.
Katakunci : Analisakuantitatif, karbohidrat,
protein, dan lemak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kimia Dasar ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menguucapkan terima kasih kepada Dosen
Praktikum Kimia Dasar Dr. Yoyok Budi
Pramono, S. Pt., M. P. selaku Koordinator
Praktikum Kimia Dasar, Landung Dwi Cahyono selaku Koordinator Umum Asisten Praktikum Kimia Dasar,
dan Lia Kususma Setiasih selaku asisten pembimbing yang telah membimbing dan membantu kami selama praktikum
berlangsung sampai penyusunan laporan praktikum Kimia Dasar ini selesai.
Harapan penulis semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian kata pengantar
dari penulis, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian dan koreksi dari
berbagai pihak.
Semarang, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
Analisa Kuantitatif .................................................................. 3
2.2.
Karbohidrat............................................................................... 3
2.3.
Protein ...................................................................................... 4
2.4.
Lemak
...................................................................................... 5
BAB III MATERI DAN METODE ............................................................ 6
3.1.
Materi ....................................................................................... 6
3.2.
Metode
..................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 11
Analisa Kuantitatif ...................................................................
12
4.2.
Karbohidrat............................................................................... 13
4.3.
Protein ...................................................................................... 17
4.4.
Lemak
....................................................................................... 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 27
5.1.
Simpulan .................................................................................. 27
5.2.
Saran
........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29
LAMPIRAN ................................................................................................. 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Hasil Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar ... 11
2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka .............................. 12
3. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan ....................................................... 13
4. Hasil Pengamatan Uji Fehling ........................................................... 14
5. Hasil Pengamatan Uji Benedict ......................................................... 15
6. Hasil Pengamatan Uji Asam Pikrat ................................................... 16
7. Hasil Pengamatan Uji Biuret ............................................................. 17
8. Hasil Pengamatan Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Putih
Telur) 18
9. Hasil Pengamatan Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat
(Protein Susu) 19
10. Hasil Pengamatan Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau .......................... 20
11. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Mentega) ............................ 21
12. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Margarin) ............................ 22
13. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (MinyakKelapa).................... 23
14. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (Mentega) .......................... 24
15. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (Margarin) ......................... 25
16. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (MinyakKelapa) ................ 26
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1.
Alat-alat
Percobaan Analisa Kuantitatif............................................ 30
2.
Menjawab
Pertanyaan Analisa Kuantitatif ....................................... 32
3.
Fotokopi
Laporan Sementara Praktikum Analisa Kuantitatif ........... 33
4.
Menjawab
Pertanyaan Karbohidrat .................................................. 34
5.
Fotokopi
Laporan Sementara Praktikum Karbohidrat ...................... 38
6.
Menjawab
Pertanyaan Protein .......................................................... 39
7.
Fotokopi
Laporan Sementara Praktikum Protein .............................. 41
8.
Menjawab
Pertanyaan Lemak ........................................................... 42
9.
Fotokopi
Laporan Sementara Praktikum Lemak .............................. 43
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini banyak ditemukan berbagai macam
metode pengajaran. Mempelajari suatu teori tidaklah cukup jika hanya dengan
mengetahui secara bacaan saja, karena itu semua belumlah cukup sehingga perlu
dilakukan suatu hal yang disebut dengan praktikum. Adanya praktikum kita dapat
mengetahui apakah teori tersebut benar atau salah, demikian juga dengan teori
karbohidrat yang akan dibahas ini. Karbohidrat merupakan suatu zat gizi yang
berfungsi sebagai zat penghasil energi, dimana pada setiap gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori energi, walaupun pada kenyataannya lemak dapat
menghasilkan energi lebih besar. Tetapi karbohidrat lebih banyak di
konsumsi oleh masyarakat daripada lemak.
Adapun tujuan dari praktikum dengan materi karbohidrat
kali ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum maupun khusus dari
karbohidrat dan mengetahui klasifikasi karbohidrat. Manfaat dari praktikum ini
adalah kita dapat mengetahui lebih dekat mengenai karbohidrat mulai dari
sifatnya dan klasifikasinya.
Kehidupan manusia tidak lepas dari mengkonsumsi
makanan sebagai suplai energi, baik yang berasal dari karbohidrat sebagai
sumber utama maupun protein dan lemak. Protein adalah senyawa organik yang
molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer
dari alfa asam-asam amino.
Lemak adalah lipid sederhana, yaitu ester antara
gliserol dan asam lemak, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol semuanya
diesterkan. Pada umumnya, istilah lemak meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak,
dan perbedaan antara keduanya terletak pada sifat fisiknya : lemak adalah solid
(padat) pada temperatur kamar (200C), sedang minyak pada temperatur
tersebut berbentuk cair .
Tujuan
praktikum protein dan lemak adalah untuk mengetahui beberapa sifat umum dan
khusus dari protein dan lemak serta mampu melakukan analisa kuantitatif dari
protein dan lemak. Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui
lebih dekat mengenai protein dan lemak mulai dari sifatnya dan klasifikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisa Kuantitatif
2.1.1. Pengertian
Analisa Kuantitatif
Analisis kuantitatif berkaitan
dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu
sampel. zat yang ditetapkan tersebut,
yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen
atau analit, menyusun baik sebagian
kecil maupun sebagian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa
(analit) tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit ini
dianggap sebagai konstituen utama. Analisis kuantitatif berurusan dengan
penetapan banyaknya suatu zat yang ditetapkan sebagai kontitak yang diinginkan
/ analisis dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian besar dari contoh
análisis. (Oxtoby, 1986). Banyak sedikitnya sampel dan jumlah relatif konstituen penyusun sampel
adalah karakteristik penting metode análisis kuantitatif. Metode-metode ini
dapat diklasifikasikan sebagai makro,semimikro dan mikro tergantung pada banyak
sedikitnya sampel. Sampel makro adalah sampel yang beratnya lebih besar dari
0,100 gram, sedangkan semimikro antara 0,100-0,010 gram,sedangkan yang kurang
dari 0,010 gram adalah sampel mikro (Haryadi, 1992).
2.1.2 Macam-macam Analisa Kuantitatif.
2.1.2.1. Analisis Volumetri
Analisis volumetri juga dikenal
sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan
zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk
larutan. Analisis volumetri atau titrimetri adalah satu di antar teknik-teknik
yang paling berguna dan akurat. Analisis ini cepat dan dapat bekerja sendiri
dan juga bisa diaplikasikan ke analit dalam jumlah yang lebih kecil (Christian, 1992).
Dalam
analisis volumetri, volume pada jumlah reagen tepat sama dengan yang diperlukan
untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis (titik ekuivalen) yang dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dalam bentuk larutan (Kolthoff, 1942). Konsentrasi larutan yang
tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus
berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada efek
samping. Jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat
diketahui dengan suatu indikator. Volume di mana perubahan warna indikator
tampak oleh pengamat merupakan titik akhir (Khopkar, 2008).
Semua
metode volumetri tergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah
reagen per satuan volume larutan yang berketetapan tinggi. Konsentrasi dinyatakan
dalam normalitas. Larutan standar disiapkan dengan menimbang reagen murni. Oleh
karena itu dikenal standar primer yaitu zat yang tersedia dalam komposisis
kimia yang jelas dan murni. Larutan tersebut biasanya hanya bereaksi pada
kondisi titrasi dan tidak melakukan reaksi sampingan (Walton, 1966).
Standar primer yang biasa digunakan dalam titrasi volumetri adalah :
a)
Asam
: asam sulfat, HCl, dll
b)
Basa
: Na2CO3, MgO,Na2B4O7,
dll
c)
Oksidator
: K2Cr2O7, dll
d)
Reduktor
: Na2C2O4, dl
e)
Lain-lain
: NaCl, KCl, dll
Batas
kesalahan rata-rata sekitar 0,1 % sama sekali tidak mudah untuk mendapatkannya
dalam standarisasi. Berikut syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu:
a)
Standar
primer yang tepat harus tersedia
b)
Berat
dari substansi standar yang digunakan tidak boleh terlalu kecil.
2.2.2 Analisis Gravimetri
Dalam analisis
gravimetri, analit diubah ke dalam bentuk yang tidak larut (endapan) yang
menjadi lebih berat. Dari beratnya bentuk endapan dan hubungan berat antara
analit dan endapan, kita bisa menghitung beratnya analit tersebut. Analit
tersebut hampir selalu bertambah berat dalam bentuk berbeda dari hasil yang
diharapkan. Dengan demikian kita harus menghitung berat substansi yang
diinginkan dai berat endapan gravimetri. Dalam analisis gravimetri mol analit adalah kelipatan dari mol bentuk endapannya (mol analit
terkandung dalam setiap mol endapan), (Christian, 1994).
2.2. Karbohidrat
2.2.1.
Pengertian Karbohidrat
Istilah karbohidrat pada awalnya
digunakan untuk golongan senyawa yang mengandung C,H,O yang analisisnya
mempunyai rumus (CH2O)n yaitu senyawa-senyawa yang n atom
karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Senyawa-senyawa ini memiliki
sifat sebagai zat periduksi karena mengandung gugus karbonil seperti aldehida
atau keton dan memiliki gugus hidroksil dalam jumlah sangat banyak. Saat ini,
istilah karbohidrat mengacu pada polihidroksil-aldehida atau
palihidroksil-keton atau senyawa-senyawa yang diturunkan dari gugus ini
(Sudarmadji, 1989). Berbagai senyawa
yang termasuk kelompak karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda
ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul
500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan yaitu
golongan monosakarida,golongan oligosakarida dan golongan polisakarida
(Poedjiadi, 1994).
2.2.2. Klasifikasi Karbohidrat
2.2.2.1. Monosakarida Hanya sedikit monosakarida yang terdapat
di alam. Kebanyakan didapat dari hasil hidrolisa atau fermentasi dari
harbohidrat kompleks (Tillman, 1991). Monosakarida sering disebut gula
sederhana dan larut dalam air sering dibagi atas dasar jumlah atom karbon
menjadi sub-golongan monosakarida
atau gula sederhana. Terdiri
dari hanya satu unit polihidroksi aldehid atau keton. Monosakarida yang paling
banyak di alam adalah D-glukosa 6-karbon (Lehninger, 2000).
2.2.2.2. Disakarida terdiri dari dua monosakarida yang bergabung dengan mengeluarkan satu
molekul air. Sifat-sifat kimianya mungkin tedapat sejumlah disakaride, tetapi
yang penting adalah sukrosa,
maltosa, laktosa, dan selobiosa. Maltosa dan selobiosa, keduanya
mengandung dua unit glukosa
dihubungkan pada posisi 1,4, tetapi keduanya berbeda strukturnya (Allen, 1991).
molekul disakarida dibangun
oleh dua residu monosakarida. Disakarida yang banyak ditemukan di alam yaitu
maltosa, laktosa, sukrosa, dan selobiosa. Laktosa ditemukan bebas terutama pada
susu. Laktosa masih bersifat pereduksi karena gugus fungsionalnya yaitu gugus
karbonil yang masih reaktif (bebas), (Hawab 2004).
2.2.3. Polisakarida
Polisakarida
merupakan polimer yang
tersusun atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan
glikosidik. Fungsi utamanya adalah sebagai komponen struktual atau sebagai
bentuk penyimpana energi. Glikoligen ditemukan dalam hewan, serupa dengan pati
tetapi mengandung jauh lebih banyak cabang-cabang yang meluas (Kuchel,1990).
gula
pereduksi adalah gula yang nerupakan reduktor, contohnya adalah monosakarida
dan disakarida kecuali sukrosa. Sedangkan gula non pereduksi adalah gula yang
bukan merupakan reduktor (Sudarmadji,1989).
2.3. Protein
2.3.1. Pengertian
Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi
tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam
amino yang mengandung unsur-unsur C,H,O,dan N yang tidak dimiliki oleh lemak.
Molekul protein mengandung pula fosfor,belerang dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991).
Untungnya semua protein
terdiri atas satu atau lebih polimer yang linier dan bercabang. Monomer yang
membuat polimer ini disebut asam amino.dalam kebanyaka protein terdapat jenis
20 jenis asam amino. Asam amino ini terikat menjadi satu rantai dalam jumlah
100 sampai 300 (Kimbell, 1992).
2.1.2. Klasifikasi Protein
Ditinjau dari komponen penyusunnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar,
yaitu golongan protein sederhana, yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam
amino dan protein majemuk yang terdiri atas protein dan gugus bukan
protein. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk
molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai
bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk
bulat (Sumardjo, 2009). Berdasarkan strukturnya polipeptida protein dibedakan menjadi struktur primer,
sekunder, tersier dan kwartener. Struktur primer protein ditentukan oleh ikatan
kovalen antara residu asam amino yang berurutan yang membentuk ikatan peptida.
Struktur sekunder dipelajari dengan analisa difraksi sinar-x. Struktur tersier
terjadi karena terjadinya pelipatan rantai pada polipeptida. Rantai polipeptida
yang disebut protomer saling mengadakan interaksi membentuk struktur kwartener
dari protein oligomer (Kimball, 1992).
Berdasarkan fungsi biologinya
protein dibagi menjadi 4 yaitu enzima,proteina pembangunan, proteina kontraktil, proteina pengangkut.
Enzima merupakan golongan proteina
yang terbesar dan paling besar, proteina pembangunan berfungsi sabagai unsur
pembentuk struktur, proteina kontraktil merupakan golongan proteina yang berperan dalam proses
gerak dan proteina pengangkut
merupakan kemampuan mengikat molekul tertentu dan melakukan pengangkutan
berbagai macam zat melalui aliran darah.
2.1.3. Fungsi Protein
Protein berfungsi sebagai
unsur pembentuk struktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kalogen, jaringan penghubung, membran sel, dan lain-lain. Menurut (Winarno, 1991) protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pengatur dan pengatur.
Protein yang larut dalam air
akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Proein dapat
diendapkan dengan ion logam seperti Hg2+, Fe2+, Cu2+,
Pb2+, ion salisilat, pikrat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat
tersebut protein pada putih telur atau susu dapat digunakan sebagai antidotum
atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat (Poedjiadi, 2007).
Protein juga mempunyai fungsi
khususyaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang berperan
sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai
pengatur metabolisme tubuh dan antibodi untuk mempertahankan tubuh dari seranga
penyakit.
2.4.
Lemak
Lemak adalah suatu ester antara
glieserol dan asam lemak, dimana ketiga radikal hidroksi dari gliserol
diesterkan. Sehingga jelas bahwa lemak merupakan trigliserida (Triasil gliserol
) (Sumardjo, 1997). Yang dimaksud dengan lemak adalah suatu
ester asam lemak dan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang
terdiri atas 3 atom karbon. Satu molekul gliserol mengikat molekul asam lemak,
oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. Lemak hewan pada umumnya
berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan
berupa zat cair. Lemak yang punya titik lebur tinggi mengandung asam lemak
jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam
lemak tidak jenuh (Poedjiadi, 2007). Lipid atau lemak adalah produksi biologi
dari jasad renik, hewan, tumbuhan. Lipid didefinisikan
sebagai senyawa yang akan larut dalam air yang diekstraksi dari makhluk hidup
dengan menggunakan pelarut yang kurang polar atau pelarut nonpolar (Kuchel,
2006). Ciri khusus dari zat atau senyawa ialah tidak larut dalam air, tetapi
larut di dalam pelarut-pelarut lemak, yaitu pelarut nonpolar, seperti alkohol,
khloroform, eter dan aseton. Sehari-hari, lipid disebut lemak bila dalam wujud
padat atau setengah padat dan disebut minyak bila wujudnya cair (Hawab, 2004).
2.2.2. Klasifikasi Lemak
Lemak
dapat diklasifikasikan beberapa senyawa sebagai berikut: lipid sederhana merupakan
ester-ester dari asam lemak dengan bermacam-macam alkohol.lipid sering disebut
lipitol.yang kedua lemak ester-ester dari asam lemakdengan gliserol. Yang
ketiga lilin ester-ester dari asam lemak dengan alkohol yang bukan gliserol.
Yang keempat senyawa-senyawa lipida, pospolipida (pospatida), cerebrosida (glikolipida),
turunan lipida, alkohol. Istilah
lipid mencakup golongan senyawa yang memiliki kanekaragaman struktur dan tidak
ada skema penggolongan lipid yang bisa diterima di seluruh dunia (Kuchel, 2006).
2.2.3. Fungsi Lemak
Lemak
pada umumnya mempunyai fungsi, antara lain sebagai penghasil kalor tertinggi,
sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K serta sebagai pembawa zat makanan yang
esensial, sebagai pelindung alat-alat tubuh, menjaga tubuh dari kedinginan
penahan rasa lapar. Lemak memiliki
funsi yaitu untuk penghangat tubuh, untuk melindungi organ – organ vital
makhluk hidup, sebagai cadangan makanan, menjaga daya tahan tubuh, sebagai
sumber energi ( Keenan, 1994 ). Zat atau senyawa yang dilindungi oleh lipid akan kedap air dan akan lebih
awet, karena itu pula lipid dikatakan sebagai pengawet. Lipid berfungsi sebagai
isolator, misalnya pada organ saraf hewan-hewan tingkat tinggi. Lipid sebagai
pelindung organisme dalam bentuk jaringan integumen (Hawab, 2004). Sebagai simpanan lemak, lemak
merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari
konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi. Karbohidrat,
lemak dan protein. Lemak tubuh pada umumnya di simpan sebagai bentuk: 50% di
jaringan bawah kulit, 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di
jaringan intramuscular ( Rival, 1995
).
2.4.4. Sifat Lemak
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum
Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Analisa Kuantitatif dan Karbohidrat
dilaksanakan pada hari Minggu,
tanggal 28 Oktober 2012 pukul 15.00 - 17.00 WIB, materi Protein dan Lemak
dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 22 November 2012 pukul 07.00 - 09.00 WIB di
Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam
praktikum kimia dasar dengan materi analisa kuantitatif, karbohidrat, protein
dan lemak adalah buret yang berfungsi untuk melakukan titrasi (sebagai wadah
untuk zat yang dipakai untuk menitrasi), statif yang berfungsi sebagai alat
untuk menyangga buret saat melakukan titrasi, erlenmeyer 100 ml sebagai tempat
untuk menampung zat yang akan dititrasi, labu ukur yang digunakan untuk membuat
larutan standar dengan volume tertentu secara tepat, pipet volume 10 ml yang
digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu, pipet tetes yang
berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil, tabung reaksi yang
berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, rak tabung sebagai
tempat meletakkan tabung reaksi, kaki tiga untuk penyangga spirtus, penjepit
untuk menjepit tabung reaksi, gelas beker 250 ml yang diisikan dengan aquades
untuk mendinginkan larutan dalam tabung reaksi setelah dipanaskan. Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Asam Oksalat (H2C2O4),
NaOH 0,1N, Fenolftalein (PP) 1%, Asam Cuka, glukosa, fruktosa, laktosa, manosa,
sukrosa, madu, sirup, Fehling A, Fehling B, pereaksi Benedict, Asam Pikrat,
aquades, putih telur, susu murni, NaOH 10%, CuSO4 0,5%, FeCl3,
HgCl2, mentega, margarin, minyak kelapa, lemak (gajeh), Na2CO3,
alkohol, eter, kloroform dan air sabun.
3.2. Metode
3.2.1. Analisa
kuantitatif
3.2.1.1. Standarisasi NaOH dengan larutan
asam oksalat standar, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan
cara Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar dan Penetapan Kadar
Asam Cuka. Pada standarisasi NaOH dengan
larutan asam oksalat standar, metode yang dilakukan adalah dengan cara
menimbang dengan tepat 0,63 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O),
kemudian melarutkannya ke dalam aquades dan mengencerkannya menjadi 100 ml
dengan labu takar. Mengisikan larutan asam oksalat ke dalam buret. Memipetkan
10 ml NaOH dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian menambahkan 3
tetes indikator Fenolftalein. Kemudian menitrasi larutan tersebut dengan asam
oksalat standar sampai warna merah indikator tepat hilang. Mencatat volume asam
oksalat yang diperlukan. Melakukan titrasi sebanyak 2 kali dan menghitung
konsentrasi NaOH yang sesungguhnya.
3.2.1.2. Penetapan kadar asam cuka, Metode yang digunakan adalah dengan cara
mengisikan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam buret.
Mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dan mengencerkannya menjadi 250 ml dengan
labu takar. Memipetkan 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan ke
dalam erlenmeyer, kemudian menambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein. Menitrasikan
larutan tersebut dengan larutan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tetap.
Mengulangi titrasi sebanyak 2 kali untuk erlenmeyer yang lain. Mencatat volume
NaOH yang diperlukan dan menghitung kadar asam cuka.
3.2.2. Karbohidrat
3.2.2.1. Uji kelarutan, Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang
masing-masing mengiisikan dengan glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa,
madu dan sirup. Meneteskan 10 tetes aquades ke setiap tabung reaksi dan
menutupnya dengan ibu jari dan menggojognya dengan baik. Mengamati perubahan
pada masing-masing tabung reaksi (adanya endapan atau tidak) dan mencatat
hasilnya dalam lembar pengamatan.
3.2.2.2. Uji fehling, Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang
masing-masing diisikan dengan lima tetes larutan glukosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Kemudian meneteskan larutan Fehling A dan
Fehling B masing-masing 5 tetes ke setiap tabung reaksi dan menggojognya.
Menempatkan tabung reaksi tersebut dalam penangas air mendidih dan mengamati
perubahan warna yang terjadi.
3.2.2.3. Uji benedict, Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang
masing-masing mengiisikan dengan lima tetes larutab glukosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Kemudian meneteskan 10 tetes larutan Benedict
ke masing-masing tabung reaksi dan menggojognya. Memanaskan setiap tabung
reaksi dengan spirtus dan mengamati perubahan yang terjadi.
3.2.2.4. Uji asam pikrat, Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang
masing-masing diisikan dengan lima tetes larutan glukosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Kemudian meneteskan larutan asam pikrat dan
iodium karbonat masing-masing 5 tetes ke setiap tabung dan menggojognya.
Menempatkan tabung reaksi tersebut dalam penangas air mendidih dan mengamati
perubahan warna yang terjadi.
3.2.3. Protein
3.2.3.1. Uji biuret, Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara menyiapkan dua tabung reaksi,
memasukkan 10 tetes putih telur dan susu ke dalam tabung reaksi. Mecampurkan
dua larutan tersebut dengan 10 tetes NaOH 10%. Menambahkan dua tetes larutan
CuSO4 0,5% dan gojog dengan baik. Mengamati perubahan warna larutan
dan mencatatnya ke dalam tabel pengamatan. Reaksi positif apabila terbentuk
warna ungu atau merah muda pada larutan.
3.2.3.2. Presipitasi dengan larutan garam
logam berat, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara
menyediakan tiga tabung reaksi, memasukkan 10 tetes putih telur secara
berturut-turut. Lalu pada tabung reaksi pertama menambahkan 15 tetes FeCl3,
pada tabung reaksi kedua menambahkan 15 tetes larutan CuSO4
0,5% dan pada tabung reaksi ketiga ditambahkan 15 tetes HgCl2. Kemudian
mengamati larutan setelah menggojog dengan baik. Mencatat perubahan warna yang
terjadi pada larutan di tabel pengamatan. Mengulangi langkah yang sama dengan
mengganti putih telur dengan larutan protein susu.
3.2.4. Lemak
3.2.4.1.
Uji Fisik, Kekentalan dan Bau, Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara mengamati kekentalan, bau dan
sifat fisik pada lemak (gajeh) dan minyak kelapa, dan kemudian mencatat
hasil pengamatan.
3.2.4.2.
Uji Kelarutan, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan
cara menyiapkan lima tabung reaksi dan mengisi secara berurutan dengan air, Na2CO3,
alkohol, eter, kloroform sebanyak sepuluh tetes. Kemudian menambahkan
sepuluh tetes minyak kelapa ke setiap tabung reaksi dan menggojognya. Mengamati
perubahan yang terjadi dan mencatat hasilnya. Megulangi percobaan denga
menggunakan margarin dan mentega.
3.2.4.3.
Uji Emulsi, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara
menyiapkan tiga buah tabung reaksi dan mengisikan dua ml air ke masing-masing
tabung reaksi. Memberi masing-masing secara urut minyak kelapa, satu tetes Na2CO3
dan minyak kelapa, air sabun dan minyak kelapa pada setiap tabung. Menggojog
masing-masing tabung dan mengamati perubahan yang terjadi. Mengulangi percobaan dengan menggunakan
mentega dan margarin.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa
Kuantitatif
4.1.1. Standarisasi
NaOH
Berdasarkan percobaan
Standarisasi NaOH diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Standarisasi NaOHdengan
Larutan Asam Oksalat Standar
Percobaan
|
Volume Asam Oksalat
|
Titrasi I
Titrasi II
|
15,5 ml
15,4 ml
|
Rata-rata
|
15,45 ml
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012
Berdasarkan
percobaan diperoleh hasil normalitas NaOH sebesar 0,105 N menggunakan
titran dengan asam oksalat yang sudah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Pada
percobaan ini larutan NaOH diberi tiga tetes PP lalu dihitung dengan larutan
asam oksalat kemudian menghitung volume asam oksalat yang diperlukan untuk
menitrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna dan pada saat itu terjadi titk
ekuivalen. Hal ini sesuai pendapat Keenan (1990) bahwa metode yang dilakukan
dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan
teliti, lalu mereaksikannya dengan larutan yang ditentukan konsentrasinya.
Faktor ini disebabkan karena NaOH bersifat basa kuat, sehingga terjadi reaksi
netralisasi. Khopkar (1990) menambahkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi
perubahan warna pada larutan NaOH yang telah diberi Fenolftalein yaitu karena
terjadi reaksi penetralan dengan menggunakan larutan standar asam oksalat yang
dititrasikan, tercapainya keadaan titik ekuivalen yaitu tergantung pada larutan
standar yang mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan
ketetapan yang tinggi.
4.1.2. Kadar
Asam Cuka
Berdasarkan hasil percobaan
Penetapan Kadar Asam Cuka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil
Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka
Titrasi
|
Volume Asam Oksalat (ml)
|
Titrasi I
|
20,9 ml
|
Titrasi II
|
23 ml
|
Rata-Rata
|
21,95 ml
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan
diatas diperoleh kadar asam cuka sebesar 21,95%. Hasil ini tidak sama dengan
kadar asam cuka yang tertera pada label. Perbedaan hasil tersebut bisa
disebabkan oleh perubahan skala pada buret. Pada proses titrasi dilakukan
sampai muncul warna merah jambu yang merupakan pengaruh dari indikator PP.
Sesuai dengan hal itu Day dan Underwood (1998) berpendapat struktur PP akan
menggalami penataan ulang pada kisaran pH, ini karena proton dipindahkan dan
struktur fenol dari PP sehingga pH naik yang berakibat perubahan warna.
Kanaikan volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi disebabkan karena faktor
lambannya reaksi oleh indikator PP. Ditambahkan oleh
pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa perubahan warna indikator
menunjukkan bahwa titrasi telah mencapai titik ekuivalen.
4.2. Karbohidrat
4.2.1. Uji
Kelarutan
Berdasarkan
percobaan Uji Kelarutan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan
Sampel
|
Warna
|
Bentuk
|
Keterangan
|
Glukosa
|
Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Fruktosa
|
Kuning-Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Laktoksa
|
Kuning-Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Sukrosa
|
Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Madu
|
Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Sirup
|
Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Maltosa
|
Bening
|
Cair
|
Larut dalam air
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan
diatas yang meliputi glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, madu, dan
sirup pada awalnya berwarna jernih kemudian setelah ditambah aquades tidak ada
endapan dan semuanya larut. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari dan
Yuniastuti (2009) yang menyatakan bahwa karbohidrat itu memiliki struktural
molekul yang sederhana sehingga akan mudah larut dalam air, dan secara
keseluruhan monosakarida dan sakarida adalah karbohidrat yang mempunyai ikatan
mol sederhana. Selanjutnya didukung oleh Keenan et
al.
(1996) yang menyatakan bahwa karbohidrat merupakan senyawa yang mempunyai
struktur yang sederhana dan akan mudah larut dalam air.
4.2.2. Uji Fehling
Berdasarkan percobaan Uji Fehling
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.Hasil Pengamatan Uji Fehling
Sampel
|
Reaksi (+/-)
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Fruktosa
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Laktoksa
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Sukrosa
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Madu
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Sirup
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Maltosa
|
+
|
Merah bata, ada endapan
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan
diatas, pereaksi fehling terdiri atas Fehling A dan B yang bila dicampur akan
berwarna biru. Bila senyawa yang mengandung aldehid direaksikan dengan fehling
maka akan terjadi endapan merah bata setelah dipanaskan dan hasil menunjukan
positif. Pada larutan sukrosa, tidak menunjukan hasil positif karena warna
tidak mengalami perubahan yaitu warna tetap biru dan tidak ada endapan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa reaksi
yang positif menghasilkan endapan merah bata, ditambah dengan pendapat Keenan et al. (1996) yang berpendapat bahwa
karbohidrat jika diuji dengan indikator fehling A dan B maka akan menghasilkan
endapan.
4.2.3. Uji
Benedict
Berdasarkan
percobaan uji Benedict maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan
Uji Benedict
Sampel
|
Reaksi (+/-)
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Merah bata
|
Fruktosa
|
+
|
Merah bata
|
Laktoksa
|
+
|
Merah bata
|
Sukrosa
|
+
|
Merah bata
|
Madu
|
+
|
Merah bata
|
Sirup
|
+
|
Merah bata
|
Maltosa
|
+
|
Merah bata
|
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia
Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil percobaan diatas setelah larutan diletakkan dalam tabung reaksi dan
sebelum dipanaskan, semua larutan berwarna biru bening. Setelah larutan itu
ditambah pereaksi benedict dan dipanaskan akan menghasilkan endapan merah bata
yang merupakan hasil reduksi CuO menjadi Cu2O. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bintang (2010), bahwa reaksi yang positif
menghasilkan warna merah bata. Didukung dengan pendapat Keenan et
al.
(1996) yang menyatakan bahwa karbohidrat berubah warna menjadi merah bata
apabila ditambah dengan indikator benedict.
4.2.4. Uji Asam Pikrat
Berdasarkan percobaan Uji Asam
Pikrat maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Pengamatan
Uji Asam Pikrat
Sampel
|
Reaksi (+/-)
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Merah bata
|
Fruktosa
|
+
|
Merah bata
|
Laktoksa
|
+
|
Merah bata
|
Sukrosa
|
+
|
Merah bata
|
Madu
|
+
|
Merah bata
|
Sirup
|
+
|
Merah bata
|
Maltosa
|
+
|
Merah bata
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan
diatas, glukosa, maltosa, dan laktosa dapat mereduksi asam pikrat dengan
merubah warna menjadi merah bata. Glukosa teroksidasi menjadi asam glukonat dan
asam pikrat menjadi asam pikromat jika terduksi, asam inilah yang berwarna merah.
Sesuai dengan hal itu Iswari dan Yuniastuti (2009) berpendapat bahwa reaksi
yang positif menghasilkan warna merah. Didukung oleh
pendapat Day dan Underwood (1996), menyatakan
bahwa oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam oksalat
dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam
pikrat berwarna merah.
4.3.
Protein
4.3.1.
Uji Biuret
Berdasarkan percobaan uji biuret
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
7. Hasil
Pengamatan Uji Biuret
Sampel
|
Reaksi
|
Keterangan
|
Putih Telur
|
+
|
Warna ungu
|
Susu
|
+
|
Warna ungu
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan uji
biuret, putih telur dan susu yang dicampur dengan 100 ml NaOH 10% dan 2 tetes
larutan CuSO4 menghasilkan reaksi yang positif dengan ditunjukan
terbentuk warna ungu. Hal ini karena pada ion Cu2+ dengan ikatan
peptida bereaksi dalam suasana basa. Sesuai dengan hal itu, Bintang (2010)
menyatakan bahwa intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukuran jumlah
ikatan peptida yang ada dalam protein ion Cu2+ dari pereaksi biuret
dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida yang menyusun protein, dan
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Pada hasil percobaan
warna putih telur lebih ungu dibandingkan susu, hal ini menunjukan bahwa pada
putih telur mempunyai ikatan peptida lebih banyak dibandingkan dengan susu.
Sesuai dengan pendapat Iswari dan Yuniastuti (2006) yang menyatakan bahwa jika
dalam percobaan menghasilkan warna yang lebih pekat atau tua maka dalam bahan
tersebut mempunyai ukuran jumlah ikatan peptida yang banyak.
4.3.2.
Uji Presipitasi (Putih Telur)
Berdasarkan percobaan presipitasi
(putih telur) dengan larutan garam logam berat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil
Pengamatan Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Putih Telur)
Reagen
|
Reaksi
|
Keterangan
|
FeCl3
|
+
|
Endapan Orange
|
CuSO4
|
+
|
Endapan Biru Muda
|
HgCl2
|
+
|
Endapan Putih
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan Uji
presipitasi, putih telur yang direaksikan dengan beberapa reagen seperti FeCl3,
CuSO4, dan HgCl2 yang semula putih telur berwarna bening
berubah menjadi ada endapan yang berwarna. Hal ini terjadi karena protein yang
ada pada putih telur bereaksi dengan reagan logam berat dan menghasilkan reksi
yang positif. Sesuai dengan hal itu Ngili (2009) mengatakan sebuah protein yang
direaksikan dengan logam berat maka akan terjadi pemutusan ikatan peptida
sehingga protein akan rusak yang akan menyebabkan adanya endapan dalam larutan
tersebut. Hal ini ditambahkan Kuchel dan Ralston (2006) menyatakan agen
denaturasi untuk membuka lipatan molekul protein yaitu suhu tinggi, pH ekstrem,
dan konsentrasi tinggi sehingga protein akan rusak bila dicampurkan dan akan
menimbulkan endapan.
4.3.3.
Uji Presipitasi (Susu)
Berdasarkan percobaan uji
presipitasi (susu) maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Pengamatan Presipitasi dengan Larutan
Garam Logam Berat (Protein Susu)
Reagen
|
Reaksi
|
Keterangan
|
FeCl3
|
+
|
Endapan Orange
|
CuSO4
|
+
|
Endapan Biru Muda
|
HgCl2
|
+
|
Endapan Putih
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan uji
presipitasi (susu), susu yang direaksikan dengan beberapa reagen logam berat
seperti FeCl3, CuSO4, dan HgCl2 terdapat
endapan yang berwarna. Hal ini terjadi karena pada protein susu bereaksi dengan
larutan garam logam berat sehingga susu yang semula berwarna putih berubah
warna dan terdapat endapan. Sesuai dengan pendapat Kuchel dan Ralston (2006)
menyatakan agen denaturasi untuk membuka lipatan molekul protein yaitu suhu
tinggi, pH ekstrem, dan konsentrasi tinggi sehingga protein akan rusak bila
dicampurkan dan akan menimbulkan endapan. Sesuai dengan hal itu, Martoharsono
(2006) menyatakan sebagian molekul protein menampakkan aktifitas biologinya
pada kisaran pH dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu tinggi maka protein
globular mengalami perubahan fisik yang dinamakan denaturasi. Sifat yang tampak
adanya gumpalan putih pada bagian telur putih.
4.4.
Lemak
4.4.1.
Uji Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau
Berdasarkan percobaan sifat
fisik, bau, dan kekentalan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
10. Hasil
Pengamatan Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat Fisik
|
Lemak Gajeh
|
Padat
|
Sangat berbau
|
Padat
|
Minyak Kelapa
|
Cair/Kental
|
Bau khas
|
Cair
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan sifat
fisik, kekentalan, dan bau, lemak gajeh mempunyai sifat fisik padat, kekentalan
yang sangat padat dan bau yang sangat menyengat. Sedangkan
pada minyak kelapa sifat fisiknya cair/kental, kekentalannya cair atau tidak
terlalu kental, dan mempunyai bau yang khas yaitu
berbau kelapa. Sesuai dengan hal itu, Bintang
(2010) menyatakan pada suhu ruang lipid berbentuk padat disebut lemak dan lipid
yang berbentuk cair disebut minyak. Hal
ini ditambahkan dengan Ngili (2009) definisi ini berdasarkan atas sifat fisik,
berlawanan dengan definisi protein, kabohidrat, maupun asam nukleat yaitu lipid
yang mempunyai struktur fisik padat dibebut lemak dan lipid yang mempunyai
struktur fisik cair disebut minyak.
4.4.2.
Uji Kelarutan (Mentega)
Berdasarkan percobaan uji
kelarutan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
11. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Mentega)
Pelarut
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Na2CO3
|
Tidak larut
|
Alkohol
|
Tidak larut
|
Eter
|
Larut
|
Kloroform
|
Larut
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan uji
kelarutan pada mentega, mentega yang ditambah dengan pelarut air, Na2CO3,
dan alkohol tidak dapat larut, sedangkan pada mentega yang ditambah dengan eter
dan kloroform dapat larut dan menjadi ekstrak. Sesuai dengan pendapat Kuchel
dan Ralston (2002) yang menyatakan lipid didefinisikan sebagai senyawa yang
tidak larut dalam air yang diekstrasi dari makhluk hidup dengan menggunakan
pelarut yang kurang polar atau nonpolar. Hal ini ditambahkan dengan Bintang
(2010) menyatakan bahwa senyawa golongan lipid mempunyai sifat kelarutan yang
berbeda. Lipid larut dalam pelarut organik non-polar dan pelarut polar yang
dipanaskan. Sifat ini digunakan untuk mengekstrasi dan mengisolasi lipid dari
berbagai bahan biologis.
4.4.3.
Uji Kelarutan (Margarin)
Berdasarkan Uji kelarutan
Margarin diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
12. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Margarin)
Pelarut
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Na2CO3
|
Tidak larut
|
Alkohol
|
Tidak larut
|
Eter
|
Larut
|
Kloroform
|
Larut
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan uji
kelarutan margarin, margarin yang dilarutkandengan pelarut air, Na2CO3,
dan alkohol tidak dapat larut dan diekstraskan. Karena lipid merupakan senyawa
yang tidak dapat larut dalam air maupun pelarut non organik. Sesuai dengan
pendapat Ngili (2009) menyatakan bahwa lipid larut dalam pelarut
organik karena mengandung karbon dan hidrogen dengan proporsi tinggi sehingga
tidak larut dalam air. Hal ini ditambahkan oleh Kuchel dan Ralston (2002)
menyatakan berdasarkan definisinya, lipid tidak larut dalam air, tetapi lipid
dapat bertahan dalam lingkungan berair.
4.4.4.
Uji Kelarutan (Minyak Kelapa)
Berdasarkan
percobaan uji kelarutan pada minyak kelapa maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel
13. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Minyak Kelapa)
Pelarut
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Na2CO3
|
Tidak larut
|
Alkohol
|
Tidak larut
|
Eter
|
Larut
|
Kloroform
|
Larut
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil percobaan diatas, minyak kelapa yang ditambahkan air, Na2CO3,
dan alkohol tidak dapat larut, hal ini disebabkan karena pelarut tersebut
merupakan pelarut non organik. Sedangkan pada minyak kelapa yang ditambahkan
eter dan kloroform merupakan pelarut organik yang mengandung ion hidrogen dan
karbon. Sesuai dengan pendapat Ngili (2009) menyatakan bahwa
lipid larut dalam pelarut organik karena mengandung karbon dan hidrogen dengan
prosi tinggi sehingga tidak dapat larut dalam air. Hal ini ditambahkan dengan
Iswari dan Yuniastuti (2006) senyawa organik berminyak atau berlemak tidak
dapat larut didalam air, yang dapat diekstrasi dari sel dan jaringan hewan
maupun tumbuhan oleh pelarut non-polar, seperti kloroform dan eter.
4.4.5.
Uji Emulsi (Mentega)
Berdasarkan percobaan uji emulsi
mentega maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
14. Hasil
Pengamatan Pembentukan Emulsi
(Mentega)
Sampel
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak ada emulsi
|
Na2CO3
|
Ada Emulsi
|
Air Sabun
|
Ada Emulsi
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil praktikum uji emulsi mentega, mentega yang ditambahkan dengan air tidak
terjadi emulsi, hal ini terjadi karena mentega tidak bereaksi dengan air.
Sedangkan pada mentega yang ditambahkan dengan Na2CO3,
dan air sabun bereaksi dengan ditunjukan adanya gelembung-gelembung kecil yang
sangat banyak pada larutan. Sesuai dengan pendapat Kuchel dan Ralston (2002)
yang menyatakan detergen merupakan senyawa kuat yang dapat mengemulsikan
butiran-butiran lemak yang besar menjadi butiran-butiran yang sangan kecil
dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini ditambahkan dengan Iswari dan Yuniastuti
(2006) emulsifikasi lemak yaitu
tersuspensinya lemak dalam partikel-pertikel halus dalam lingkungan air.
4.4.6.
Uji Emulsi (Margarin)
Berdasarkan uji emulsi margarin
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
15. Hasil
Pengamatan Pembentukan Emulsi
(Margarin)
Sampel
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak ada emulsi
|
Na2CO3
|
Ada Emulsi
|
Air Sabun
|
Ada Emulsi
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kima Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil percobaan uji emulsi pada margarin, margarin yang direaksikan dengan air
tidak terjadi emulsi sedangkan pada margarin yang direaksikan dengan Na2CO3,
dan air sabun terjadi emulsi. Hal ini disebabkan karena Na2CO3
dan air sabun merupakan detergen yang kuat, sehingga dapat mengemulsikan lemak.
Sesuai dengan pendapat Ngili (2009) menyatakan Na2CO3 dan
air sabun adalah senyawa yang kuat sehingga dapat mengemulsikan lemak menjadi
butiran-butiran lemak yang lebih sederhana. Hal ini ditambahkan dengan
Martoharsono (2006), yang menyatakan bahwa Na2CO3 dan
air sabun senyawa kuat yang dapat mengemulsikan makanan berlemak, maka
terbentuklah emulsi partikel lipida yang lebih kecil.
4.4.7.
Uji Emulsi (Minyak Kelapa)
Berdasarkan percobaan uji emulsi
minyak kelapa diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
16. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (Minyak Kelapa)
Sampel
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak ada emulsi
|
Na2CO3
|
Ada Emulsi
|
Air Sabun
|
Ada Emulsi
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil diatas, minyak kelapa yang ditambahkan dengan air tidak terjadi emulsi
sedangkan pada minyak kelapa yang ditambah dengan Na2CO3
dan air sabun ada emulsi. Hal ini terjadi karena Na2CO3
dan air sabun merupakan senyawa kuat yang dapat mengemulsikan lipid dalam
bentuk butiran-butiran sederhana sehingga lemak dalam minyak kelapa menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil. Sesuai dengan hal itu Lehninger (2000)
menyatakan lipid akan berubah menjadi partikel yang lebih sederhana bila berada
dalam larutan senyawa yang kuat, ditambahkan dengan Iswari dan Yuniastuti
(2006) dalam larutan yang bersifat basa dan asam kuat dapat diemulsikan lipid
menjadi partikel atau butiran lipid yang lebih kecil dan berjumlah banyak
karena Na2CO3 dan air sabun merupakan larutan yang
memiliki senyawa yang kuat dibandingkan dengan air yang termasuk pelarut polar.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Simpulan
Asidi dan alkalimetri termasuk
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Normalitas darilarutan baku NaOH
yang dipakai yaitu 0,105 N, normalitas asam oksalat 0,1 N dan kadar asam asetat
pada larutan NaOH sebesar 4,3 % . Perbedaan hasil titrasi disebabkan oleh
perubahan skala buret yang tidak konstan, produksi cuka tidak sesuai dengan
label, kurang teliti dalam memperhatikan perubahan warna indikator.
Karbohidrat merupakan polihidroksi
keton atau polihidrataldehid yang mempunyai rumus umum Cn(H2O)n.
Pada uji kelarutan golongan monosakarida mudah larut dalam air. Sifat kimia dapat diuji dengan Uji Fehling dan akan
terbentuk endapan merah bata, maka karbohidrat memiliki sifat pereduksi.
Karbohidrat sebagai pereduksi diuji dengan Benedict yang ditunjukan dengan
endapan merah bata. Tes asam pikrat terbentuk warna merah bata menunjukan
reaksi positif.
Protein dapat diketahui
sifat-sifatnya dari uji yang telah dilakukan yaitu uji biuret akan menghasilkan
warna ungu yang menyatakan bahwa zat atau larutan yang digunakan mempunyai
ikatan peptida yang banyak. Uji presipitasi dengan logam berat merupakan bukti
bahwa asam amino dari protein merupakan amino yang dapat bereaksi dengan logam
berat membentuk garam, pada uji digunakan untuk menganalisa denaturasi protein
akibatperubahan derajat keasaman (pH).
Lemak gajih dan minyak kelapa
mempunyai karakteristik yang berbeda dalam sifat fisik, bau, dan kekentalan.
Dalam uji kelarutan mentega, margarin, dan minyak kelapa bila dilarutkan dalam
pelarut non polar seperti eter dan kloroform akan larut sedagkan bila
dilarutkan dalam pelarut polar seperti air, alkohol, dan Na2CO3
tidak dapat larut. Dalam uji emulsi lemak (mentega, margarin, dan minyak
kelapa) bila ditambah dengan Na2CO3 dan air sabun maka
akan terbentuk emulsi sehingga lipid akan berubah menjadi partikel yang lebih
kecil.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum Analisa Kuantitatif adalah apabila melakukan
praktikum sebaiknya hati-hati dan sabar. Saran lainnya yaitu ketika melakukan
titrasi, sebaiknya apabila warna mulai berubah, secepatnya ditutup lubang
buretnya, sehingga hasil titrasi dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Aleen, Tillman. 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Bintang, M. 2010.
Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.
Christian, Gary D.
1994. Analytical Chemistry. Washington, John Wiley and Sons Inc.
Day, Underwood.1998. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi VI. Erlangga, Jakarta.
Hawab, M. 2004. Pengantar Biokimia. Bayu Media
Publishing, Bogor.
Haryadi, W. 1990. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.
Iswari, R. S. 2009. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta
Keenam, Charles. 1996. Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta
Khopkar, S.M. 2008.
Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta
Kimball, Jhon W. 1992. Kimia Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta
Kolthoff, I.M. dan
Stenger,V.A. 1942. Volumetric Analysis. New York, Interscience
Publishers,Inc.
Kuchel, Philip. 1990. Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Lehninger, Albert.2000.Dasar-dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Martoharsono, S.
2006. Biokimia 1. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ngili. 2009. Biokimia Struktur dan
Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Oxtoby, D. W. 1986.
Principles of Modern Chemistry. CBS
College, Amerika.
Poedjiadji, Anna.1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas
indonesia, Jakarta.
Sudarmadji, Slamet, 1989. Analisa bahan makanan dan pertanian. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.
Sumardjo. 2009. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I.
Fakultas Kedokteran Umum, Semarang.
Walton, H.F. 1966.
Principles and the methods of Chemical Analysis,2nd Ed. India,
Prentice Hall
Winarno, F.G.1991. Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran
1. Gambar alat dan fungsinya
Gambar 1. Labu
Takar
|
Fungsi= Untuk mengukur
volume larutan
|
Gambar 2.
Erlenmeyer
|
Fungsi= Sebagai wadah
larutan dengan jumlah volume tertentu
|
Gambar 3. Pipet Volume
|
Fungsi= untuk mengambil
larutan dalam jumlah tertentu.
|
Gambar 4. Pipet
Tetes
|
Fungsi = untuk mengambil larutan
dalam jumlah kecil.
|
Gambar 5. Buret
|
Fungsi= Sebagai tempat
Asam Oksalat yang telah diencerkan.
|
Gambar 6. Klem dan
Statis
|
Fungsi = Sebagai
pengapit buret.
|
Gambar 7. Corong
|
Fungsi= Untuk
mempermudah memasukkan larutan ke dalam mulut Buret.
|
Lampiran 2.Menjawab Pertanyaan Analisa Kuantitatif
Perhitungan Normalitas NaOH : N1 x V1 = N2 x
V2
0,1
x 13,65 = N2 x 10
1,365
= N2 x 10
N2
= 0,1365 N
Perhitungan
kadar asam cuka : x 100 %
x 100 %
7,98
%
Lampiran 2. Menjawab Pertanyaan
Karbohidrat
Pertanyaan Uji Fehling
1. Mengapa ada karbohidrat yang gagal terhadap uji
Fehling?
Jawab : Karena larutan
sukrosa monosakarida. Padahal larutan Fehling merupakan pereaksi peroksidasi
yang digunakan untuk uji monosakarida.
2. Apakah madu menghasilkan uji Fehling yang positif?
Jawab : Iya, karena
terbentuk reaksi merah bata.
3. Tuliskan nama struktur karbohidrat yang menyebabkan
uji ini positif!
Jawab :
4. Apakah sirup yang Saudara uji positif
terhadap uji Fehling?
Jawab : Iya, karena terbentuk endapan warna merah bata.
Lampiran 2. Menjawab Pertanyaan
Karbohidrat (Lanjutan)
Pertanyaan Uji Benedict
1. Tuliskan reaksi untuk pengujian larutan maltosa dan
laktosa!
Jawab :
Maltosa
Laktosa
2. Apakah penyusun pereaksi Benedict?
Jawab : Cu2+ dan H2O
3. Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari percobaan
di atas?
Jawab : Larutan Benedict
mengandung unsur Cu (tembaga), hal ini dapat diidentifikasi dengan adanya
endapan berwarna merah bata pada larutan yang diujikan. Endapan itu merupakan
zat sisa dari sebuah reaksi. Endapan akan terbentuk apabila kedua senyawa yang direaksikan
memiliki keterkaitan antar molekul lewat gugus fungsionalnya.
Lampiran 2. Menjawab Pertanyaan
Karbohidrat (Lanjutan)
4. Apakah yang terjadi
baik Glukosa yang banyak dan yang sedikit pereaksi Benedict dipanaskan ?
Jawab : Tetap akan
terbentuk endapan berwarna merah bata, hanya saja tingkat kepekatan pereaksi
yang lebih banyak itu lebih tinggi dan laju reaksi berlangsung dengan cepat.
Pertanyaan Uji Asam Pikrat :
1. Tuliskan masing-masing reaksi untuk pengujian di atas!
Jawab :
a.
(Glukosa) (Asam Pikrat) (Asam Glukorat) (Asam Pikronat)
b.
(Fruktosa) (Asam Pikrat) (Asam Fruktonat) (Asam Pikronat)
2. Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari percobaan
ini?
Jawab : Karbohidrat
apabila ditambahkan asam pikrat akan berubah warna menjadi merah.
Lampiran 5. Menjawab
Pertanyaan Protein
1. Pertanyaan Uji Biuret
1. Tuliskan struktur kimia yang memberi hasil
terhadap uji Biuret?
Jawab:
Protein CCOH + CuSO4 + NaOH
Protein CCOONa
+ CuSO4 + Protein CHCOONaNH2
2. Pertanyaan presipitasi dengan Larutan
Logam Berat
1. Bersifat sebagai pakah protein dan logam-logam berat
dalam reaksi ini?
Jawab: Sebagai pereaksi
2. Apakah warna masing-masing endapan yang terbentuk,
dan tulis masing-masing reaksi?
Jawab: Larutan
putih telur + FeCl3 terbentuk endapan berwarna oranye
Larutan putih telur + CuSO4 terbentuk
endapan berwarna biru muda
Larutan putih telur + HgCl terbentuk endapan berwarna
putih
Larutan putih telur + PbCOOH terbentuk endapan
bwerwarna putih
Larutan protein susu full krim + FeCl3 terbentuk
endapan kuning
Larutan protein susu full krim + CuSO4 erbentuk
endapan biru muda
Larutan protein susu full krim + HgCl terbentuk
endapan putih
Lampiran 6. Menjawab
Pertanyaan Protein dan Lemak (lanjutan)
Larutan protein susu full krim + PbCOOH terbentuk
endapan putih
Larutan protein susu skim + FeCl3 terbentuk
endapan kuning
Larutan protein susu skim + CuSO4 biru
muda tanpa endapan
Larutan protein susu full krim + HgCl putih tanpa
ndapan
Larutan protein susu full krim + PbCOOH terbentuk
endapan putih
3. Sebutkan garam-garam logam berat lain yang saudara
ketahui
Jawab: MgCl, NaCl, KCl, CaCl
Lampiran 6. Menjawab
Pertanyaan Lemak
Sifat-Sifat
Lemak
1.
Senyawa manakah yang merupakan steroid murni?
Jawab : Lemak (gajeh), Asam stearat, Minyak
kelapa
2.
Senyawa manakah yang mempunyai bau paling enak?
Jawab :
Susu sapi segar, Margarin, dan Mentega.